Senin, 05 April 2010

Dampak Longsor Subulussalam Jalan Aceh-Sumut Terancam Putus


Foto : Ilustrasi

BANDA ACEH – Longsor yang terjadi Desa Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, Sabtu pekan lalu, ternyata berdampak serius terhadap hubungan transportasi darat Aceh-Sumut. Apabila Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tidak segera membangun box cover dengan membongkar gorong-gorong yang berada di jalan nasional pada Km 616 + 500 itu, maka sekali lagi saja terjadi longsor atau banjir dikhawatirkan jalan tersebut akan putus sepuluh meter.

“Kalau ini yang terjadi, maka masyarakat di wilayah barat-selatan Aceh dapat dipastikan akan terancam pasokan berbagai barang kebutuhannya, termasuk sembako yang 95 persen didatangkan dari Medan. Untuk itu, Kementerian PU harus bertindak cepat untuk membangun box cover di jalan nasional itu,” kata Wali Kota Subulussalam, Merah Sakti menjawab Serambi di Banda Aceh, Sabtu (27/3).Menurut Merah, longsor di kawasan Lae Ikan pekan lalu yang menyebabkan dua orang meninggal, berawal dari datangnya air bah kiriman dari alur di sekitar lokasi yang tak mampu ditampung oleh gorong-gorong kecil berdiameter 80 centimeter di lintas jalan nasional tersebut. “Akhirnya, air bah berserta lumpur yang cukup deras meluap dan menerjang rumah penduduk yang ada di sekitarnya, sehingga sepuluh rumah hancur,” kata Merah.

Air bah beserta lumpur yang merupakan kiriman dari gunung itu, menurut Merah, merupakan dampak dari penebangan hutan di sekitar lokasi tersebut sudah sejak lama. “Ini dampak dari perambahan hutan di masa lalu. Sekarang, sejak diberlakukan moratorium logging oleh Gubernur Irwandi, tidak ada lagi penebangan hutan di sana,” ujar alumnus Fakultas Hukum Unsyiah ini.

Menurut Merah Sakti, berdasarkan penelitian Tim Dinas PU Kota Subulussalam pascalongsor di Lae Ikan, yang harus secepatnya ditangani adalah pembangunan box cover dua mata ukuran sekitar 5 meter untuk menggantikan gorong-gorong di jalan nasional itu. “Kalau ini tidak segera dilakukan, maka apabila terjadi hujan deras sekali lagi, maka jalan sepanjang sepuluh meter di lokasi itu akan putus diterjang banjir. Soalnya, badan jalan tersebut kini sudah mulai dikikis oleh air alur tersebut,” ungkapnya.

Untuk membangun box cover tersebut diperlukan biaya sekitar Rp 1,4 miliar. Bila benda itu sudah dipasang menggantikan gorong-gorong yang ada saat ini, Merah Sakti yakin tidak akan terjadi longsor lagi, sehingga jalan nasional itu akan selamat dari ancaman ambruk dan putus. Sebab, bila banjir kiriman datang lagi, debit airnya sudah mampu ditampung oleh box cover,” kata Merah Sakti.

Karena box cover tersebut diperlukan di jalan nasional, maka yang bertanggung jawab membuatnya adalah Kementerian PU melalui Balai Besar Jalan dan Jembatan Wilayah I Medan. “Kita sudah laporkan hal ini pada balai di Medan untuk segera ditindaklanjuti. Namun, sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya,” ucap Merah.

Meski demikian, pihaknya, Minggu (28/3) hari ini, akan segera melaporkan masalah itu kepada Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf. “Sebab, bila dibebankan pada APBK Subulussam tidak mungkin, mengingat anggarannya cukup besar. Sementara kita juga harus menangani korban yang terkena longsor sebanyak puluhan KK,” kata Merah Sakti.

Relokasi
Untuk menangani para korban longsor yang rumahnya rusak, Wali Kota Subulussalam akan segera merelokasi mereka ke atas bukit yang jaraknya sekitar 150 meter dari lokasi tersebut. Sedangkan, rumah yang ada di lokasi titik longsor itu akan dibangun kios tempat usaha dengan catatan tidak boleh dijadikan tempat tinggal, seperti yang mereka lakukan selama ini. (sup/Serambi Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar