Senin, 30 Agustus 2010

Gurukah Orang Tua?


SEKOLAH pertama bagi anak adalah rumah dan guru pertama mereka adalah orang tua, orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anak, berperan bukan hanya sekedar mengajar (ta’lim) tetapi juga mendidik (tarbiyah), semua orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang pintar, berilmu pengetahuan, dan bermoral. Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk moralitas anak. Linda dan Richard Eyre (1993) menyatakan, nilai moral adalah standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup dan memperlakukan orang lain. Nilai yang baik bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain secara lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan moralitas adalah perilaku yang diyakini banyak orang sebagai benar dan sudah terbukti tidak menyusahkan orang lain, bahkan sebaliknya akan menyenangkan orang lain.

Kasus perzinahan atau mesum yang terjadi di Aceh, tidak terlepas dari peran orang tua dalam mendidik anaknya, kontrol orang tua terhadap anaknya masih sangat krisis, karena orang tua sekarang sudah terlanjur percaya pada anaknya yang tidak akan berbuat semena-mena. Misalnya, dalam hal kecil sering kita mendengar pesan orang tua pada anak perempuannya ketika dijemput oleh laki-laki (pacarnya) ke rumah; “Kamat abang beukong nyak nget bek reut” (peluk abang yang kuat biar tidak jatuh dari motor), dari sini orang tua sudah mengajarkan hal yang dianggap biasa tetapi merisihkan masyarakat banyak yang melihat generasi muda di jalan-jalan berboncengan dengan tidak sewajarnya (mungkin pesan orangtuanya biar tidak jatuh dari motor, peluklah yang erat).

Masyarakat akan menilai jika anaknya baik, pasti pendidikan yang ditularkan orang tuanya baik, sebaliknya jika moralitas anak hancur, pasti pendidikan yang tidak beres dari orang tuanya, masyarakat kita sangat familiar dengan kata pepatah Aceh, “Lage U meunan minyeuk, kiban ku meunan aneuk” maksud dari pepatah Aceh tersebut bisa diartikan: “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, ketika ada anak yang berbuat salah pasti orang akan bertanya, “anak siapa dia”?, begitupula jika ada anak yang berbuat baik dan membanggakan, pasti juga orang akan bertanya, “anak siapa dia?” Begitulah pentingnya peran orang tua bagi si anak.

Namun kesalahan anak tidak sepenuhnya keselahan orang tua, banyak orang tua yang telah mendidik dengan susah payah, tetapi anaknya tidak seperti yang diharapkan, banyak yang orang tuanya baik, tetapi anaknya jahat, orang tuanya kiayi anaknya penjahat. Selain orang tua faktor lingkungan dan sekolah sangat berperan penting dalam pendidikan anak, sebut saja lingkungan sekarang yang sudah dipengaruhi oleh pengaruh global dengan teknologi canggih, akan sangat berdampak pada dua sisi perkembangan anak, negatif dan positif, yang harus diwaspadai orang tua adalah pengaruh lingkungan dari segi negatif. Ada dua cara yang bisa dilakukan orang tua dalam mengontrol anaknya dari pengaruh lingkungan, yaitu dengan cara mengontrol dari luar (eksternal) dan dari dalam (internal), saya heran dengan banyaknya anak-anak Sekolah Dasar yang sudah menggunakan handphone canggih yang bisa langsung mengakses internet, padahal belum saatnya mereka pergunakan, kadang orang tua tidak sadar dengan bahaya tersebut. Dengan mengontrol dari luar, orang tua bisa mengawasi setiap aktivitas sang anak dan mengetahui apa yang dilakukan anaknya atau aktivitas mereka setiap hari, membatasi setiap keperluan yang belum sepatutnya mereka pergunakan, namun itu saja tidak bisa membentangi anak dari pengaruh negatif luar. Orang tua bisa mengawasi gerak-gerik mereka setiap saat, namun kesempatan tetap akan ada buat anak untuk dicuri atau mencuri kesempatan dalam kesempitan, yang sangat penting adalah membentengi anak dari pengaruh lingkungan dengan cara kedua, yaitu melalui cara internal, membentengi mereka dengan moralitas dan spiritualitas, kenalkan mereka pada Tuhannya, pada siapa yang telah menciptakannya dan mengatur hidupnya, bentengi mereka dengan ilmu pengetahuan, akidah dan akhlak yang baik sehingga betapapun gejolak yang hadir di sekelilingnya akan mampu dibentengi sang anak.

Peran orang tua juga harus sampai pada pendidikan anak di sekolah, orang tua tidak hanya lepas tangan dengan sekadar menyerahkan anaknya ke sekolah, namun tidak pernah mengevaluasi bagaimana perkembangan mereka di sekolah, bagaimana moralitas mereka di sekolah, penting bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan guru tentang perkembangan anaknya di sekolah, tetapi yang menganehkan sekarang, orang tua hanya mendatangi guru ketika anaknya sedang bermasalah atau tidak naik kelas, apalagi datang dengan memaki-maki guru, menganggap semuanya kesalahan guru dan merasa anaknya yang paling benar.

Orang tua mesti membangun kerjasama dengan pihak sekolah, demikian sebaliknya, sehingga dari kerjasama tersebut anak mendapat ruang yang cukup luas untuk mengembangkan dirinya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak yang berhasil, bukan saja karena keaktifan anak sebagai peserta didik, para pendidik, sarana prasarana, dukungan pemerintah melalui kebijakan dan peraturan, tetapi juga peran orang tua dalam keluarga.

Akar pendidikan anak adalah keluarga, jalan menuju surga adalah keluarga, implementasi syariat Islam di Aceh juga faktor keluarga. Semua bermuara pada keluarga, dan orang yang paling berpengaruh dalam keluarga adalah orang tua. Dengan adanya orang tua yang cerdas, mengusung moralitas, dan berjiwa sosial, tentu akan lahir generasi Aceh yang cerdas pikiran dan cerdas nurani, Aceh akan benar-benar menjadi baldathun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amin.

* Zamzami adalah mahasiswa TEN Fak. Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.

Sepuluh Organisasi Surati Wali Kota


SUBULUSSALAM - Aksi permainan judi toto gelap (Togel) dan Kim hingga kini dilaporkan masih marak di Kota Subulussalam dan sekitarnya hingga sangat meresahkan masyarakat. Terkait dengan itu, sebanyak sepuluh organisasi melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Berkah Subulussalam, Kamis (26/8) melayangkan surat kepada Wali Kota Subulussalam guna mendesak pemberantasan togel di sana. Dalam surat bernomor LSM/BS/K-S/0026/2010 tanggal 26 Agustus 2010 itu, LSM Berkah yang didukung sepuluh organisasi masyarakat mendesak pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap dalang judi togel tersebut. Kesepuluh organisasi tersebut masing-masing, LSM Komnas, LSM Belia, Ponpes Al-Ikhlas, Perwiridan Annisa At-taubah, Perwiridan Hasanah, Perwiridan Attaubah, perwiridan suka makmur, pengajian kasih Ibu, perwiridan al-hidayah dan organisasi pemuda suka dame.

Masyarakat mengaku resah utamanya para kaum ibu dan mendesak semua pihak yang berwenang agar bertindak memberantasnya. Pasalnya, tindakan pelanggaran hukum yang bukan rahasia lagi dikabarkan semakin merajalela di Subulussalam. Bahkan, menurut warga kegiatan perjudian dengan cara bermain dalam uji nasib melalui tebak angka-angka itu juga marak meskipun dalam suasana bulan ramadhan ini. “Bulan suci ramadhan yang smestinya memperbanyak amal dan ibadah tetapi nampaknya dikotori oleh maraknya judi togel dan kim,” tulis Syahril Tinambunan, Ketua LSM Berkah Kecuali itu, Syahril dalam suratnya juga menilai semakin pudarnya keimanan umat islam hingga menutup mata hati dengan membiarkan masih beroperasinya togel maski di bulan puasa. Karena itu, LSM berkah yang didukung berbagai organisasi baik pemuda hingga perwiridan, mendesak pemerintah dan aparat kepolisian melakukan tindakan tegas terhadap pelaku judi togel. Warga berharap agar laporan tersebut segera ditindaklanjuti dengan mengadakan pemberantasan seperti razia.

Surat yang kopian-nya dikirim kepada Serambi ditembuskan kepada Kapolda Aceh, Gubernur Aceh, Kapolres Aceh Singkil, Ketua DPRK Subulussalam, Ketua MPU Kota Subulussalam dan kepala Sat Pol PP Kota Subulussalam. Sebagai bukti masih maraknya togel dan kim di Subulussalam, LSM berkah turut melampirkan bukti poto kopi kupon togel dan kim yang mereka dapatkan dari pembeli yang ingin berhenti.” Karena satu-satunya cara mengobati kecanduan pelaku togel harus dihentikan,” tulis Syahril Seperti sering diberitakan maraknya judi togel di Subulussalam sangat meresahkan masyarakt. Bahkan, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Subulussalam pernah melayangkan surat serupa kepada wali kota setempat meminta untuk mengambil langkah pembersihan. Surat bernomor 224.4/15/2010 tanggal 8 April 2010 tentang penyakit masyarakat (pekat) tersebut meminta keseriusan Wali Kota Subulussalam dan pihak berwenang untuk membersihkan praktek-praktek maksiat yang terus terjadi di sana.

Selain itu, aparat Polisi Militer (POM) dari Subdenpom Kota Subulussalam pernah beberapakali melakukan penangkapan terhadap pelaku togel di daerah tersebut. Para pelaku yang tertangkap diserahkan ke pihak Wilayatul Hisbah (WH) untuk menjalani proses hukum yang berlaku. Namun, aksi tersebut masih terus merambah bagai jamur dimusim hujan. “Kalau memberantas togel, jangan yang ditangkap tukang tulis aja, tapi ringkus sekalian bandar besar, baru bisa berhenti,” cetus warga yang tak mau disebutkan namanya. Di sisi lain, kegiatan perjudian dengan cara bermain dalam uji nasib melalui tebak angka-angka itu telah merusak tatanan sosial masyarakat. Sebab para pelakunya bukan hanya kalangan kaum pria tapi telah merambah hingga pada kaum wanita bahkan kalangan remaja yang “bermimpi” mendadak kaya. Sejumlah warga mengatakan, praktek judi togel ini berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat di Subulussalam.(kh)

Subulussalam Berpotensi Jadi Daerah Agroindustri


SUBULUSSALAM - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Ir Iskandar MSc menilai Kota Subulussalam sangat berpotensi menjadi kawasan agroindustri. Karena didukung oleh perkebunan kelapa sawit yang begitu luas di daerah tersebut. Pernyataan itu disampaikan pada acara pertemuan dengan Wakil Wali Kota dan kepala SKPD Kota Subulussalam dalam rangka singkronisasi program, Minggu (29/8) di Gedung Serbaguna Sekdakot Subulussalam

Menurut Iskandar, luasnya hamparan perkebunan kelapa sawit baik milik perusahaan swasta maupun masyarakat akan mendukung daerah ini menjadi kawasan agroindustri. Apalagi, Subulussalam juga sebagai daerah transit yang sangat berpeluang menjadi pusat perdagangan. Selain itu, Pemko Subulussalam juga telah merencanakan pembangunan pabrik minyak goreng (migor) yang diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan bagi masyarakat Aceh di wilayah Pantai Barat Selatan.”Jadi, peluang Subulussalam sangat besar karena selain sebagai daerah transit juga didukung oleh perkebunan kelapa sawit,” kata Iskandar.

Meskipun demikian, Iskandar mengatakan bahwa langkah yang paling penting adalah membangun sarana-sarana jalan baik nasional, provinsi maupun jalan-jalan kabupaten serta akses menuju pertanian. Ini, kata Iskandar merupakan kunci sehingga hasil pertanian dan perkebunan masyarakat dapat diangkut dengan mudah. Selain itu, kata lanjut Iskandar, pemerintah juga mesti memikirkan bagaimana menghubungkan antar kabupaten seperti Subulussalam dengan Aceh Tenggara atau Trangon dengan Aceh Barat Daya. Dengan demikian, terjadi akses antar kabupaten di Aceh baik pantai barat, tengah serta timur utara.

Lantaran itu, Iskandar mengatakan pihaknya akan bekerjasama secara baik dengan pemerintah kabupaten/kota guna menuntaskan pembangunan sarana jalan di daerah. Di Subulussalam sendiri, Iskandar menyinggung rencana pembangunan jalan Gelombang-Muara Situlen yang akan menghubungkan Kota Subulussalam dengan Kabupaten Aceh Tenggara.

Namun untuk mewujudkan sejumlah program pembangunan, Iskandar mengakui pentingnya singkronisasi antara provinsi dengan kabupaten/kota. Tujuannya, ujar Iskandar, agar tidak terjadi tumpang tindih atau duplikat program. Selama ini, lanjut dia, terjadi problem dibalik program seperti pembangunan sekolah, sering kali pemerintah hanya memikirkan bangunan tanpa pernah memperhitungkan tenaga pendidik yang akan mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya, terjadi problem dibalik program pembangunan.

Kondisi tersebut diakui akibat tidak singkronnya perencanaan antara provinsi dengan kabupaten/kota. Selain itu juga disebabkan kurang optimalnya konstribusi (dukungan) kabupaten/kota pada provinsi maupun sebaliknya serta belum singkronnya rencana pembvangunan baik vertical (antar provinsi/kabupaten) maupun antar sector. Sebab itui, dalam kegiatan kemarin, selain sharing dengan kepala SKPD Kota Subulussalam, tim Bappeda turut melakukan peninjauan ke lapangan.

Sementara Wakil Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang SE kepada wartawan mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah konsep guna mewujudkan daerah ini menjadi kawasan agroindustri. Salah satu program yang telah dilakukan adalah pembangunan pabrik minyak goreng. Affan yakin, keberadaan pabrik minyak goreng di Subulussalam akan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dapat membeli minyak goreng dengan harga terjangkau karena pabrik yang dikelola oleh swasta tersebut nantinya tidak terbebani ongkos dari medan.”Jadi, kita berharap nanti untuk produk minyak goreng Subulussalam dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Aceh Pantai barat Selatan,” tandas Affan.(kh)